Dua kali gue makan ke restaurant Warung Ubud yg terletak di : Ruko Cordoba Blok G no: 2 Pantai Indah Kapuk, dua kali pengalaman yang berbeda....
Pertama kali gue ke Warung Ubud, gue menikmati Iga Babi Bakar size large nya (Rp 72.000... dapet 8 slabs!!!) yang empuk dan lezat dan gue pilih makan dengan nasi. Cumi Goreng Tepung nya renyah, Babi Panggang yang not so bad, Udang Goreng Telor Asin (sori potonya sambil makan jadi blur deh) ok laaa. Kesan pertama yang amat baik, terutama terhadap iga babi-nya, porsi besar dengan harga murah. Dapat mengobati 70% rasa kangen kepada iga babi Tony Romas tanpa menguras isi dompet.
Puas dengan pengalaman pertama membuat gue terpanggil kembali mengunjungi restaurant ini untuk kedua kalinya. Pengalaman kedua, gue kembali memesan 2 piring Iga Babi Bakar size large dengan french fries, sepiring Nachos, dan sosis sapi berbentuk U namanya Thur...(apa ya..lupa) Sosis. Tak lama kemudian pelayan mengabarkan kalau iga babi bakar size large habis, hanya tinggal size medium. Gue melihat keadaan restaurant yang cukup ramai mengerti dan tak keberatan. Selang 5 menit pelayan datang kembali menginformasikan bahwa size Large nya ada, hanya tinggal 1. Gue bilang ok bagus size large 1. Tak sampai 5 menit pelayan kembali datang.... Meng-confirm kalo size large habis, size medium hanya tinggal 1. Tarik napas panjang, gue bilang ok lah ga masalah. Size medium 1.
Kebetulan gue pesan Heineken botol besar, dan datang beserta gelas berisi es batu. Segera gue tuang Heineken kedalam gelas.... Dan nampak 3 lalat kecil mengapung di atas gelas...
Segera gue panggil pelayan dan mejelaskan situasi. Pelayan mengangkat gelas berisi beer dan lalat...... Dan kembali dengan gelas berisi beer tanpa es batu, dan tinggal setengah... Gue bingung...
Apa itu maksudnya? Jadi es serta lalat dibuang dan dikembalikan ke gue? Jadi gue disuru minum beer bekas lalat mengapung? Bahkan pelayan tidak mengucapkan maaf atas ketidaknyamanan adanya lalat yg mengambang... Mau pun mengganti Heineken yang terbuang percuma. Apalagi memberi complimentary????
Gue kembali memanggil pelayan yang sama, menanyakan padanya apa maksud dari dikembalikannya gelas ini? Pelayan bertampang bingung dan mengangkat kembali gelasnya dan mengganti gelas tersebut dengan gelas kosong tanpa es. Dan pergi tanpa mengucapkan kata maaf. Sungguh sungguh service yang amat parah. Pelayan yang tak mengerti sopan santun, ato karena memang disana tidak ada manager maupun owner yang mengawasi. Sungguh membuat kecewa. Image iga babi bakar yang enak dan mengesankan... Hancur dengan kebersihan yg kurang terjaga serta service yang sorry to say, Suckssss!!! Tak lama nachos pesanan pun datang.. Rasanya pun biasa biasa saja.. Iga babi bakar size medium pun menyusul (masi enak dimakan) beserta kentang goreng kurus yang sudah dingin. Sosis sapi berbentuk U dengan salad sebagai side dish juga tak memuaskan. Hanya seperti sosis sapi biasa, tak mengesankan dan salad yang kurang menggiurkan.
Saran gue kalo ke Warung Ubud :
1. Pesan iga babi bakar size large saja. Itu yang paling enak!!!
2. Lebih baik pesan dengan nasi, kecuali doyan kentang goreng kurus kering porsi kecil, dan bersedia dapat yang agak dingin dan sedikit gosong.
3. Bawa gelas sendiri, karena mungkin saja mendapat bonus sprinkle lalat untuk cia po. Atau sebelum menuang minuman perhatikan isi gelas baik baik.
4.Sebaiknya jangan berkunjung di saat restaurant ramai karena bakal dicuekin berkali kali. Meja kotor belum dibersihkan. Duduk lama menunggu pelayan datang membawa menu.
Sesama pedagang tentunya gue juga mengerti, sulit sekali mangatur pelayan yang kurang berpengalaman. Semoga owner restaurant bisa memperbaiki dengan mendidik pelayan dalam hal sopan santun. Lebih baik lagi kalau hire a manager.
Setelah makan karena belum kenyang, mungkin makan sambil kesal sehingga masi lapar, akhirnya gue mampir ke restaurant sebelah kiri nya Ubud, masih di deretan Ruko Cordoba PIK, yaitu Warung Leko, pioneer iga penyet sapi. Ketidaknyamanan yang gue dapat dari Warung Ubud terobati dengan pelayanan Leko yang memuaskan serta makanan yang cukup lezat. Gue pesan Iga Sapi Penyet Otot dengan nasi dan sepiring Karedok.
Jujur gue pernah coba makan di warung Tekko, yang juga terletak tidak jauh dari sana, secara temen gue ada yang naksir dengan manager cewe-nya Tekko (hahahaha....hayoooo ada yg blushing).
Iga sapi penyet dari Tekko
Dan menurut gue Leko jauh lebih enak daripada Tekko. Menurut gue Leko lebih bersih, meja gue sudah dibersihkan, sedangkan ketika ke Tekko meja masi banyak yang belum dibersihkan dan ada tulang iga di meja bekas orang sebelumnya. Suasana nya tak jauh berbeda, karena hanya berbeda beberapa ruko, tapi Leko lebih sedikit bagus karena terdapat hiasan lampu lampu di atas jadi lebih romantis?
Mengenai makanan, Leko dan Tekko hampir mirip, cara penyajian dan rasa, tergantung selera masing masing, gue sendiri lebih suka Leko dan beberapa temen gue lebih suka Tekko. Leko buat gue rasa dagingnya lebih enak. Dan seinget gue di Tekko ga ada taburan bawang goreng apa ditabur di atas cabenya ya? Di Leko di tabur di atas iganya.... seperti di photo. Oh oh...beda mejanya juga hihihi...menurut gue meja di Leko lebih enak karena terbuat dari keramik atasnya hahahaha. Sayangnya gue mungkin kurang cocok dengan iga sapi penyet khas Indonesia ini. Terlalu asin untuk lidah gue. Berkali kali gue mencoba, baik di Tekko maupun Leko buat gue dua dua nya terlalu asin. Bahkan setelah gue gabungin dengan nasi yang banyak serta karedok yang manis, hasilnya gue selalu merasa terlalu asin. Dan setelah makan merasa haus. Hahahaha selera deh yaaa... Mungkin lidah gue yang terlalu sensitive. Tapi gue puas dengan karedok Leko. Akhirnya setelah perut full gue pulang kerumah dan tadinya rencana ngemil 2 batang godiva...ga tau nya malah menghabiskan 1 kotak coklat godiva hahahahaha... Rakus!
Segera gue panggil pelayan dan mejelaskan situasi. Pelayan mengangkat gelas berisi beer dan lalat...... Dan kembali dengan gelas berisi beer tanpa es batu, dan tinggal setengah... Gue bingung...
Apa itu maksudnya? Jadi es serta lalat dibuang dan dikembalikan ke gue? Jadi gue disuru minum beer bekas lalat mengapung? Bahkan pelayan tidak mengucapkan maaf atas ketidaknyamanan adanya lalat yg mengambang... Mau pun mengganti Heineken yang terbuang percuma. Apalagi memberi complimentary????
Gue kembali memanggil pelayan yang sama, menanyakan padanya apa maksud dari dikembalikannya gelas ini? Pelayan bertampang bingung dan mengangkat kembali gelasnya dan mengganti gelas tersebut dengan gelas kosong tanpa es. Dan pergi tanpa mengucapkan kata maaf. Sungguh sungguh service yang amat parah. Pelayan yang tak mengerti sopan santun, ato karena memang disana tidak ada manager maupun owner yang mengawasi. Sungguh membuat kecewa. Image iga babi bakar yang enak dan mengesankan... Hancur dengan kebersihan yg kurang terjaga serta service yang sorry to say, Suckssss!!! Tak lama nachos pesanan pun datang.. Rasanya pun biasa biasa saja.. Iga babi bakar size medium pun menyusul (masi enak dimakan) beserta kentang goreng kurus yang sudah dingin. Sosis sapi berbentuk U dengan salad sebagai side dish juga tak memuaskan. Hanya seperti sosis sapi biasa, tak mengesankan dan salad yang kurang menggiurkan.
Saran gue kalo ke Warung Ubud :
1. Pesan iga babi bakar size large saja. Itu yang paling enak!!!
2. Lebih baik pesan dengan nasi, kecuali doyan kentang goreng kurus kering porsi kecil, dan bersedia dapat yang agak dingin dan sedikit gosong.
3. Bawa gelas sendiri, karena mungkin saja mendapat bonus sprinkle lalat untuk cia po. Atau sebelum menuang minuman perhatikan isi gelas baik baik.
4.Sebaiknya jangan berkunjung di saat restaurant ramai karena bakal dicuekin berkali kali. Meja kotor belum dibersihkan. Duduk lama menunggu pelayan datang membawa menu.
Sesama pedagang tentunya gue juga mengerti, sulit sekali mangatur pelayan yang kurang berpengalaman. Semoga owner restaurant bisa memperbaiki dengan mendidik pelayan dalam hal sopan santun. Lebih baik lagi kalau hire a manager.
Setelah makan karena belum kenyang, mungkin makan sambil kesal sehingga masi lapar, akhirnya gue mampir ke restaurant sebelah kiri nya Ubud, masih di deretan Ruko Cordoba PIK, yaitu Warung Leko, pioneer iga penyet sapi. Ketidaknyamanan yang gue dapat dari Warung Ubud terobati dengan pelayanan Leko yang memuaskan serta makanan yang cukup lezat. Gue pesan Iga Sapi Penyet Otot dengan nasi dan sepiring Karedok.
Jujur gue pernah coba makan di warung Tekko, yang juga terletak tidak jauh dari sana, secara temen gue ada yang naksir dengan manager cewe-nya Tekko (hahahaha....hayoooo ada yg blushing).
Iga sapi penyet dari Tekko
Dan menurut gue Leko jauh lebih enak daripada Tekko. Menurut gue Leko lebih bersih, meja gue sudah dibersihkan, sedangkan ketika ke Tekko meja masi banyak yang belum dibersihkan dan ada tulang iga di meja bekas orang sebelumnya. Suasana nya tak jauh berbeda, karena hanya berbeda beberapa ruko, tapi Leko lebih sedikit bagus karena terdapat hiasan lampu lampu di atas jadi lebih romantis?
Mengenai makanan, Leko dan Tekko hampir mirip, cara penyajian dan rasa, tergantung selera masing masing, gue sendiri lebih suka Leko dan beberapa temen gue lebih suka Tekko. Leko buat gue rasa dagingnya lebih enak. Dan seinget gue di Tekko ga ada taburan bawang goreng apa ditabur di atas cabenya ya? Di Leko di tabur di atas iganya.... seperti di photo. Oh oh...beda mejanya juga hihihi...menurut gue meja di Leko lebih enak karena terbuat dari keramik atasnya hahahaha. Sayangnya gue mungkin kurang cocok dengan iga sapi penyet khas Indonesia ini. Terlalu asin untuk lidah gue. Berkali kali gue mencoba, baik di Tekko maupun Leko buat gue dua dua nya terlalu asin. Bahkan setelah gue gabungin dengan nasi yang banyak serta karedok yang manis, hasilnya gue selalu merasa terlalu asin. Dan setelah makan merasa haus. Hahahaha selera deh yaaa... Mungkin lidah gue yang terlalu sensitive. Tapi gue puas dengan karedok Leko. Akhirnya setelah perut full gue pulang kerumah dan tadinya rencana ngemil 2 batang godiva...ga tau nya malah menghabiskan 1 kotak coklat godiva hahahahaha... Rakus!

Update:
Warung Ubud menerima kritikan dengan baik...lihat aza comment dibawah, ternyata mereka peduli juga ya pendapat customernya. Jadi semakin yahud deh makan iga bakar babi nya .....Yupppieeeee~!!!!Mari mampir ke warung ubud para pork lover....
Bro.. kebetulan g baca neh.. Sorry yaa atas ketidaknyamanannya. Memang ada beberapa waiter yg baru dan krg pengalaman. G ngerti lu sebagai customer.. Nanti g koreksi lg.. Trs klo masalah iga habis.. Memang kita perlu timing yg tepat buat menyediakan lagi.. krn kita hrs olah dl dan perlu waktu bbrp jam.. kadang kalo kt rame.. kt telat untuk olah ribs nyaa.. Untuk gelas yg kotor itu.. g ksh compliment 1 Heineken L bro, sorry buat ketidaksengajaan ny .. blg aja u yg buat blog.. trs sms g dl ya.. Dan kalo ada kritik dan saran lgs sms g ke 0818 7170 65.
ReplyDeleteNiwei thx buat kritik nyaa.. Ditunggu kritik selanjut nyaa.. :)
Wow rili? tengkyu ya uda mampir kesini dan bisa terima kritikan ^_^
ReplyDeleteSori gue ngomong apa adanya....btw....bukan bro tapi sis T.T
Memang iga babi bakarnya manteb kok.... Makin maju ya warung Ubud!!!
haha ok d sis.. :) Yaa justru bgs ngomong apa adanya.. itu justru yg membangun hehe Sipp.. cobain jg yaa iga sapi bakar nya.. hehe thx yaa ..
ReplyDeleteIG juga doyan nih Warung Ubud, pertama" ke sini merasa tertipu kok judulnya 'bali' tapi ga ada makanan khas bali kaya betutu, sate lilit, dll, tapi terobati dengan pork ribsnya yg memang cocok sama lidah gua.
ReplyDeleteAnw, @ Henda: bagus bgt bisa terima kritikan, g sebagai blogger banyak ketemu resto yg uda salah ga mau belajar. Keep up the good work =)
@Ruby...wowwww...review lo tentang lekko tekko lebi detail....kagum kagum...
ReplyDelete