
Jaman dahulu kala, ada seekor babi putih yang tinggal di perternakan, dia jatuh cinta kepada seorang petani miskin yang baik hati. Babi putih pun mulai rajin berdoa agar dia dapat menjelma menjadi manusia dan dapat mendampingi sang petani.

Suatu ketika doa babi putih dikabulkan menjadi seorang wanita. Dan menikahlah sang babi dengan petani tersebut. Setelah menikah usaha sang petani maju pesat, dan sukses. Petani dan babi putih pun pindah untuk hidup di kota. Kesuksesan sang petani yang berubah menjadi pengusaha membuat dirinya sibuk, menjamu clients, bermain golf dan jarang berkomunikasi dengan babi putih.

Babi putih yang hanya mengurus rumah setiap hari, tidak melihat dunia luar, juga tidak mengurus dirinya sendiri sehingga terlihat kurang menarik, membuat perbedaan semakin jauh dengan pengusaha yang sedang menanjak karirnya. Perbedaan pendapat pun tak bisa dihindari. Babi putih yang tak mengerti bersosialisasi, tak mengenal permainan golf maupun tas hermes, tertinggal semakin jauh.

Babi putih pun menyadari bahwa dirinya dan pengusaha sudah banyak perbedaan, sulit untuk mengejar. Waktu luang babi putih dirumah begitu banyak, sehingga ia pun merasa kesepian, membuat babi putih menjadi mahluk buas yang crangky dan naggy. Selalu mengomel dan mengeluh. Sang pengusaha yang sibuk bekerja, dan kurang istirahat, mulai merasa jenuh dan lelah mendengar omelan babi putih. Mengakibatkan pengusaha menjadi pribadi yang stress dan tidak sabaran.

Babi putih ingin belajar untuk memperbaiki perbedaan tersebut namun pengusaha yang sibuk tidak mempunyai waktu untuk mengajarkannya pada babi putih. Pengusaha yang setiap hari dikelilingi oleh wanita sukses dan lebih cantik dari babi putih, merasa bahwa wanita lain lebih mengerti dirinya. Sehingga lebih senang bercerita atau pergi bersama wanita lain.

Pertengkaran pun tak bisa dihindari. Semakin lama pengusaha dan babi putih semakin merasa tidak cocok. Setiap bertemu selalu bertengkar, sehingga pengusaha semakin menghindar untuk bertemu dengan babi putih.

Babi putih mulai frustasi dan merasa lelah, sering kali cepat mengucapkan kata untuk berpisah. Babi menyesali semuanya dan berharap pengusaha berubah seperti dahulu kala, menjadi petani miskin dan hidup di kampung. Kadang berpikir, mungkin di kampung akan ada petani lain yang bersedia menampung dirinya.

Babi putih pun diam diam pulang ke kampung. Di kampung dia merasa senang karena bebas, bisa bermalas malasan. Tetapi tak lama kemudian ia pun jenuh. Dan mulai kangen dengan pengusaha dan segala hiruk pikuk kesibukan di kota. Dia merasa di kota telah membuat dia menjadi orang yang lebih maju, sedangkan di kampung terlalu santai dan tak ada yang bisa dikerjakan. Babi putih merenung..

Dulu dia hanya lah seekor babi yang jatuh cinta karena diberi makan yang banyak. Hidup santai berguling guling bermalas malasan, setelah berupaya keras, dan dikabulkan doanya agar menjadi seorang manusia, tetapi kemudian dia terlalu cepat puas, telah menjadi manusia dan lupa untuk terus berkembang, terus berusaha. Banyak perubahan secara cepat dan dia tak mengikuti arus, terlalu santai, tidak belajar dan tidak berusaha mengembangkan diri sendiri...dan sudah lupa untuk berdoa.

Babi putih pun berpikir keras... Akhirnya dia menyadari.. kesalahan bukan ada pada petani yang berubah sukses dan selalu melangkah untuk maju. Mencintai seseorang bukan menerima orang itu apa adanya. Melainkan dirinya lah harus berusaha keras agar bisa menyesuaikan diri, memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan tidak seharusnya mudah menyerah. Babi putih pun berkemas kembali ke kota.

Dia pergi ke salon, pergi beli baju yg bagus, berusaha untuk tampil lebih baik dan kembali kepada pengusaha. Pengusaha pun menyadari betapa ia telah kehilangan babi putih miliknya, yang selalu senantiasa sabar menunggu dia. Selalu ada disampingnya disaat susah. Pengusaha pun berusaha akan membantu menuntun babi putih agar cepat berkembang. Mereka pun saling berpelukan dan damai kembali.

Saat ini babi putih bahagia, setiap hari ia belajar sesuatu yg baru, pergi menyibukkan diri, selalu berpikiran positif, love herself, feed her mind,body and soul. Setiap hari berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. So, make sure you do something for yourself everyday....
Berikut kisah White Pig Legend dilanjutkan oleh Lie Handri.
Part 1- Badai
Sebagaimana diceritakan sebelumnya "The white pig and the businessman live happily ever after"....
Benarkah demikian? Layaknya semua hal di dunia ini, tiada satupun yang kekal adanya.
Segalanya selalu berubah.
Hidup pun terus berputar bagai roda, terkadang di atas, terkadang di bawah.
Demikian pula perjalanan hidup dan perjalanan cinta tokoh kita sang babi putih yg mungil tak lepas dari hukum alam ini.
Perlahan namun pasti, sang pengusaha mulai jenuh dengan babi putih.
Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk tidak pernah puas. Pengusaha pun tak luput dari sifat ini.
Sebagaimanapun kerasnya babi putih berusaha untuk merubah dirinya, merubah segala kepribadian dan penampilannya, si pengusaha tak pernah merasa puas, tak pernah merasa cukup.
Segala cinta dan kerinduan yg dulu menggebu2 dirasakan oleh pengusaha, perlahan2 mulai memudar. Ia mulai jarang pulang ke rumah untuk makan siang, rutinitas yang dulu selalu ia lakukan dengan babi putih.
Seringkali pengusaha baru pulang hingga larut malam, sehingga makan malam bersama babi putih pun terlewati. Berbagai macam jurus resep dikeluarkan oleh babi putih, tetapi tetap tidak bisa menggugah selera pengusaha. Komunikasi antara mereka pun hanya sebatas "Ma, aku ngantor dulu" atau "Ma, aku di kantor sibuk. Tolong jangan telp2 terus" atau "Ma, aku makan di luar. Ga usah ditunggu".
Babi putih semakin hari semakin kurus
(Prasaaan ga kurusannnn...)
Dari bobot 150 kilo kini hanya tinggal 100 kilo, yang mana tergolong kurang gizi untuk ukuran babi.
Part 2 - Perpisahan
Tak lama kemudian, sang pengusaha memutuskan untuk berpisah dengan babi putih.
Kemudian Lie handri berpesan....To be continued katanya.....Errrr.
No comments:
Post a Comment